Rabu, 29 Oktober 2014

Hormon tumbuhan



Hormon Pada Tumbuhan dan Fungsinya


Jenis Hormon Tumbuhan dan Fungsinya    Hormon pada tumbuhan merupakan faktor fisiologis. Adapun dalam faktor fisiologis, proses yang terjadi merupakan proses fungsional pada tingkat seluler dan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Berikut ini jenis - jenis hormon beserta fungsinya.

1. Hormon Auksin.

     Hormon Auksin adalah hormon tumbuhan yang berfungsi untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon ini dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan, yaitu ujung akar dan batang. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).

Hormon Auksin - Fototropisme       Cara kerja hormon auksin dipengaruhi oleh cahaya. Hormon auksin akan aktif bila tidak terkena cahaya. Sedangkan apabila tumbuhan terkena cahaya, maka hormon auksin tidak aktif sehingga proses pemanjangan terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya fototropisme (membengkoknya batang tanaman ke arah cahaya) dimana  sisi yang tidak terkena cahaya lebih panjang daripada yang terkena cahaya sehingga batang menjadi bengkok ke arah sisi batang yang terkena cahaya.

     Hormon auksin ada beberapa jenis, yaitu auksin a (memiliki kandungan air 1 mol lebih banyak dari auksin b), auksin b, dan heteroauksin (zat yang diketahui sebagai asam indol asetat atau IAA/Indole Acetic Acid). IAA merupakan hormon auksi yang pertama kali diisolasi. IAA berasal dari asam amino triptofan yang sebagian besar disintesis di ujung batang, ujung tunas, duan muda, ujung akar, bunga, buah, serta sel-sel kambium.

      Fungsi auksin
  • Berpengaruh pada pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan
  • Menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) tumbuhan
  • Membantu proses pertumbuhan akar dan batang.
  • Mempercepat perkecambahan
  • Membantu proses pembelahan sel
  • Merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem
  • Memelihara elastisitas dinding sel
  • Membentuk dinding sel primer
  • Menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun
  • Membantu proses partenokarpi (pembuahan tanpa penyerbukan)
  • Mengurangi jumlah biji dalam buah,


2. Hormon Giberelin

       Giberelin ditemukan  oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Eiichi Kurosawa pada tahun  1926 yang meneliti penyakit padi "bakanae". Hormon ini pertama kali diisolasi oleh Teijiro Yabuta dari jamurGiberella fujikuroi pada tahun 1935.
Hormon Giberelin - Giberella Fujikuroi
Giberella fujikuroi
       Hormon Giberelin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses perkembangan dan perkecambahan. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amilase yang berfungsi untuk memecah senyawa amilum yang terdapat di endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa tersebut menjadi sumber energi bagi pertumbuhan tanaman. Hormon ini berfungsi secara sinergis (bekerja sama) dengan hormon auksin.
  • Berperan dalam pembungaan (flowering) dan pematangan buah (fruit ripening)
  • menghilangkan dormansi biji dan memperbesar ukuran buah
  • Berpengaruh terhadap terjadinya genetic dwarfism, yaitu suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi
  • berpengaruh terhadap partenokarpi (proses terbentuknya buah tanpa biji karena tidak terjadi penyerbukan sehingga tidak ada pembuahan)

3. Hormon Sitokinin

     Hormon Sitokinin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Hormon sitokinin dibentuk pada bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau. Senyawa sitokinin juga terdapat pada tanaman jagung dan disebut zeatin.
     Adapun fungsi hormon sitokinin adalah:
  • mengatur pembentukan bunga dan buah,
  • mengatur pertumbuhan daun dan pucuk,
  • memperbesar daun muda,
  • merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang,
  • menghambat proses penuaan dengan cara merangsang proses serta transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun.
  • merangsang pembelahan sel.

4. Gas Etilen

     
    Gas Etilen adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun. Gas ini tersusun dari senyawa etilen yang pada tumbuhan ditemukan dalam wujud gas yang tidak berwarna dan mudah menguap. Apabila konsentrasi etilen sangat tinggi daripada hormon giberelin dan hormon auksin, maka dapat menghambat proses pembentukan akar, batang, dan bunga. Tetapi jika bersama-sama dengan hormon auksin, gas etilen akan merangsang proses pembentukan bunga.
       Etilen banyak digunakan oleh para distributor dan importir buah. Sebelum masak, buah dikemas dan dikirimkan kepada pedagang (buah yang sudah masak tidak dikirim karena dapat rusak atau busuk saat diangkut). Setelah sampai ke distributor, buah diperam dengan cara diberikan etilen sehingga cepat matang dan dapat dijual.
         Adapun fungsi lain gas etilen adalah:
  • mengakhiri masa dormansi,
  • merangsang pertumbuhan akar dan batang,
  • pembentukan akar adventif,
  • merangsang absisi buah dan daun,
  • induksi sel kelamin betina pada bunga,
  • merangsang pemekaran bunga,
  • merangsang induksi bunga Bromiliad.

5. Kalin

     Kalin merupakan hormon yang berperan dalam proses organogenesis (pembentukan organ) tumbuhan. Berdasarkan organ yang dibentuk, kalin dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
  • Rizokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan akar.
  • Kaulokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan batang.
  • Filokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan daun.
  • Antokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan bunga.

6. Asam Absisat (ABA)

     Asam Absisat adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses penuaan dan gugurnya daun. Asam Absisat (ABA) juga berperan penting dalam tahap inisiasi dormansi biji, maturasi biji, dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan.
     Selain itu Asam Absisat (ABA) juga  berfungsi untuk mempertahankan tumbuhan dari tekanan lingkungan, seperti kekurangan air, kekeringan, musim dingin, dan kadar garam (salinitas) tinggi. Asam Absisat mencegah kekurangan air saat kekeringan dengan cara merangsang penutupan stomata pada epidermis daun sehingga transpirasi melalui stomata tidak terjadi. Asam Absisat (ABA) juga dapat membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin untuk mencegah kehilangan air. Dalam menghadapi musim dingin, Asam Absisat (ABA) akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder. Hormon Asam Absisat yang dihasilkan pada tunas terminal ini memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik untuk melindungi tunas dorman selama musim dingin.
       Asam Absisat (ABA) termasuk senyawa inhibitor (penghambat) dan bekerja antagonis (berlawanan) dengan hormon auksin dan hormon giberelin.