Selasa, 24 Januari 2017

PERTANIAN BERKELANJUTAN

PERTANIAN BERKELANJUTAN

   A.   Latar Belakang
Revolusi Hijau di Indonesia mengemukakan bahwa revolusi hijau dimulai sejak tahun 1870, dimana program tersebut digunakan sebagai cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia pada kala itu, sehingga Indonesia dapat meningkatkan swasembada pangan khususnya beras. Pencapaian swasembada pangan akan lebih cepat apabila dilakukan beberapa program, yaitu Program  Bimbingan Massal (Bimas), Program Intensifikasi Massal (Inmas), Program Intensifikasi Khusus (Insus), dan Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus). Pada konsep Revolusi Hijau juga dikenal konsep Panca Usaha Tani, yaitu pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varietas unggul, pempukukan yang teratur, pengairan yang cukup, pemberantasan hama secara intensif, dan teknik penanaman yang lebih teratur. Sedangkan untuk meningkatkan produksi pangan perlu dilakukan empat usaha pokok, yaitu intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian, dan rehabilitasi pertanian.
Revolusi hijau memiliki tujuan yang mulia yaitu menghasilkan bahan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Namun, setiap kegiatan yang dilakukan pada Revolusi Hijau tentunya akan menimbulkan dampak yang positif maupun negatif bagi masayarakat dan lingkungan. Dampak positif dari Revolusi Hijau bagi masyarakat adalah masalah pangan nasional teratasi, masyarakat mengenal aneka jenis  tanaman, ditemukan bibit unggul, kesejahteraan petani makin baik dan pendapatan petani meningkat. Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadi pencemaran lingkungan, berkurangnya keanekaragaman genetika, kemampuan daya produksi tanah semakin turun, timbul urbanisasi, muncul  kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat perbedaan ekonomi serta sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan masyarakat mulai memudar. Sehingga untuk mengatasi permasalah tersebut perlu dilakukan upaya upaya perbaikan salah satunya dengan sistem pertanian berkelanjutan.
   B.     Pembahasan
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Pertanian berkelanjutan juga merupakan pertanian yang berwawasan lingkungan ssecara ekologi, ekononi dan sosial.
Sistem Pertanian Berkelanjutan adalah suatu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau sistem pertanian yang patuh dan tunduk terhadap aturan-aturan alamiah. Sebenarnya sistem tersebut merupakan suatu ‘remain’, mengingatkan kembali pada pola back to nature, yang sudah pernah dilakukan oleh kakek nenek buyut kita.
Segala upaya manusia yang mengingkari kaidah-kaidah hubungan suatu ekosistem dalam jangka pendek mungkin mampu memacu produktivitas lahan dan hasil. Namun dalam jangka panjang biasanya hanya akan berakhir dengan rusak dan hancurnya lingkungan. Kita yakin betul bahwa hukum alam adalah kuasa Tuhan. Manusia sebagai umat-Nya hanya berwenang menikmati dan berkewajiban menjaga dan melestarikannya.
Ciri-ciri pertanian berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1.         Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable). Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
2.         Berwawasan ekologis (ecologically sound). Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).
3.         Berkeadilan sosial. Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
4.         Manusiawi dan menghargai budaya lokal. Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal
5.         Mampu berdaptasi (adaptable). Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan konstalasi pasar.
Pertanian berkelanjutan juga mempunyai beberapa indikator sehingga pertanian tersebut dapat dikatakan sebagai pertanian berkelanjutan, indikator tersebut adalah:
1.         Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,
2.         Membudidayakan tanaman secara alami,
3.         Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian,
4.          Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,
5.         Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,
6.         Memelihara keragaman genetik sistem pertanian
Konsep pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet).
Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indicator utama dimensi ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan nebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.
Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya tekstur bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi sustu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1.         Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui:
a.       Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
b.      Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
c.       Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungisida sintetis.
d.      Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun.
2.         Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3.         Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
a.       Menciptakan jalur-jalur konservasi.
b.      Menggunakan dam penahan erosi.
c.       Melakukan penterasan.
d.      Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4.         Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain:
a.       Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
b.      Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
c.       Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
d.      Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5.         Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6.         Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan:
a.       Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
b.      Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7.         Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
a.       Pengomposan
b.      Penggunaan kascing
c.       Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
d.      Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8.         Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri ini antara lain:
a.       Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
b.      Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
c.       Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal.
d.      Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
   C.     Penutup
Pertanian berkelanjutan berusa menekan dampak negatif yang dihasilkan oleh input pertanian agar alam tetap lestari dan tidak membahayakan generasi yang akan datang. Sehingga pertanian berkelanjutan juga diharapkan dapat mengubah kehidupan masyarakan menjadi lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Pertanian Berkelanjutan. www.spi.or.id/?page_id=549. Diakses pada 27 April 2015 pukul 20.31 WIB.
Rahman, Edi. Pertanian Berkelanjutan. 2013. https://meiliazakiyah1409.wordpress.com/2013/12/14/pertanian-berkelanjutan/. Diakses pada 27 April 2015 pukul 20.19 WIB.

Taufik. 2014 Pertanian Berkelanjutan. organichcs.com/2014/01/15/pertanian-berkelanjutan/. Diakses pada 27 April 2015 pukul 20.35 WIB.